WELCOME

Selamat Datang "WELCOME"

Selasa, 26 Februari 2013

Gede Widiade Tetap Ngotot





Gede Widiade Tetap Ngotot Ingin Pakai Gelora Bangkalan

Niat manajamen Persebaya pindah home base ke Stadion Gelora Bangkalan (SGB), tak bisa dibendung. Padahal, tiket laga perdana melawan Bontang FC, di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Minggu (24/2), terjual ludes. CEO Persebaya Gede Widiade mengatakan ludesnya tiket melawan Bontang FC bukan berarti rencana pindah ke Bangkalan dibatalkan. Sebab, pemasukan tiket tidak sebanding dengan biaya operasional menggelar pertandingan di Surabaya, "Masih tetap rencana semula. Sebab, cost menggelar pertandingan di Surabaya relatif mahal," ujarnya saat dikonfirmasi Senin (24/2). Saat ini, lanjut Gede, baru Bonek -julukan suporter Persebaya, yang peduli dengan tim. Sementara pihak lainnya, termasuk Pemkot Surabaya yang belum memberikan keringanan biaya sewa
Stadion GBT. "Saat ini yang peduli hanya Bonek, namun konstribusi secara finansial relatih masih kecil. Stake holder lainnya masih belum terlalu peduli dengan Persebaya," keluhnya.

Untuk itu, Gede tetap akan memindahkan laga home Persebaya di pertandingan berikutnya ke Bangkalan. Terutama pertandingan yang kurang menarik animo penonton. "Perlu dilakukan langkah- langkag efisiensi dan optimalisasi pendapatan, itu yang menjadi dasar
langkah antisipasi harus dilakukan, " jelasnya.
Sebenarnya dalam laga melawan Bontang di GBT, Minggu (24/2), di luar dugaan tiker yang dicetak sejumlah 17 ribu
terjual habis. Padahal, harga tike ekonomi sudah dinaikan dari Rp 20 ribu musim lalu menjadi Rp 25 ribu. Sedangkan tiket kategori utama dan VIP masih di bandrol sama Rp 50 ribu dan 100 ribu.

Persebaya bisa mengeruk keuntungan lebih banyak lagi jika panpel bisa mengantisipasi ledakan penonton. Dari
pengamatan di lapangan, jumlah penonton yang masuk di stadion diperkirakan lebih dari 17 ribu, sekitar 20 ribu. Selain itu, pada babak kedua pintu masuk juga dibuka membuat penonton yang tidak bertiket bisa masuk.
Entah pertimbangan apa yang dipakai panpel Persebaya sehingga tidak mencetak tiket lebih banyak. Padahal selain laga perdana yang sudah dinanti penonton, kapasitas stadion juga tersisa banyak karena bisa menampung hingga 60 ribu penonton. Bisa jadi, panpel hanya
mempetimbangkan­ pemasukan tiket melawan Bontang musim lalu yang tidak mencapai angka 10 ribu.
Sebelumnya, manajemen Persebaya memang sudah angkat tangan dengan aturan biaya sewa Stadion GBT yang
mencapai Rp35 juta/ pertandingan. Ongkos sewa ini belum termasuk pajak, transportasi dan biaya operasional lainnya.

Terpisah, manajer tim Persebaya Saleh Hanifah tidak bisa berbuat banyak terkait rencana manajemen memindahkan laga home berikutnya ke Bangkalan. "Secara tim tentu kita tetap ingin main di Surabaya, kota sendiri. Tapi semua tergantung manajemen, " ucapnya.
Sebab, lanjut Saleh, secara mental para pemain Persebaya akan lebih termotivasi jika tampil di hadapan publik sendiri. "Semangat tentu lain bermain di kandang sendiri dengan di tempat lain. Apalagi selama ini, pemain sudah terbisa bermain di GBT atau Stadion Tambaksari, "
keluhnya.

Sementara Pelatih Persebaya Ibu Grahan juga sempat terkejut melihat animo penonton yang datang ke Stadion GBT ketika menghadapi Bontang. "Masih banyak penonton yang datang, ini membuktikan jika mereka masih rindu dengan penampilan kami, " ucapnya. Bisa jadi penonton di laga berikutnya akan bertambah banyak. Sebab, dalam laga melawan Bontang, penampilan Andik Vermansyah dkk berhasil memuaskan bonek dengan menciptakan lima gol tanpa balas. Di laga berikutnya, Persebaya masih menjalani away ke kandang PSIR Rembang, 2 Maret, mendatang.



Sumbe : duniasoccer.com & Bonek News

Senin, 25 Februari 2013

Debut Mengesankan



Debut Mengesankan Ibnu Grahan Tangani Bajul Ijo

Sempat diragukan kemampuannya setelah ditunjuk resmi menjadi pelatih kepala Persebaya, Minggu (24/2/2013) hari ini, Ibnu Grahan membuktikan bahwa dia pelatih berkualitas. Arek Rangkah, Surabaya ini membawa Bajul Ijo meraih kemenangan perdana atas Bontang FC dengan skor telak 5-0.

Saat CEO Gede Widiade menunjuk Ibnu sebagai pelatih kepala, pro kontra bermunculan. Ibnu dianggap belum layak menjadi status pelatih kepala di Persebaya. Apalagi di tahun 2007 lalu, ditunjuk sebagai caretaker, Ibnu dicap gagal hingga akhirnya Persebaya terdegradasi.

"Saya memang belum pernah pegang tim. Tahun 2007 lalu saya juga gagal. Sebenarnya saat ini saya belum ada pengalaman, lisensi juga belum memenuhi. Tapi dipaksakan sebagai pelatih," ucap Ibnu usai pertandingan.

Namun seiring berjalannya waktu, Ibnu banyak menimba ilmu dari pelatih-pelatih hebat yang pernah menangani Persebaya, mulai Jacksen F Tiago, Rudy Keltjes, Freddy Muli, Aji Santoso hingga Divaldo Alves. Saat itu Ibnu didapuk sebagai asisten pelatih. "Dengan perkembangan waktu, saya banyak belajar disitu," imbuh Ibnu.

Meski sempat dicap tidak layak oleh kalangan suporter, Ibnu justru menganggap wajar bila diringa dianggap kurang. "Wajar bila saya dianggap kurang. Sebenarnya saya tidak perlu membuktikan apa-apa. Sebab Persebaya adalah tim yang sudah jadi. Tinggal dipoles saja," tutur mantan gelandang Persebaya era 90-an ini.

Ibnu berkelakar, bila tak benar suporter kurang percaya percaya dengan kemampuannya. "Buktinya hari ini stadion ramai. Itu bukti kalau teman-teman suporter kangen dengan Persebaya. Di Persebaya, kekompakan harus dijaga, baik pemain, pelatih, manajemen dan suporter tentunya," tutup Ibnu. 




Sumber : Bonek News